Trump dan Khamenei Adu Mulut di Media Sosial, Ternyata Ini yang Mereka Pertengkarkan
Cianjur – Meski perang fisik sudah berakhir, rupanya perang kata-kata baru saja dimulai. Dua tokoh besar dunia terlibat dalam pertengkaran sengit di media sosial yang menarik perhatian dunia.
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei terlibat dalam adu mulut yang panas. Informasi ini dilansir dari Aljazeera yang mengikuti perkembangan terbaru kedua tokoh tersebut.
Pertengkaran ini bermula setelah Khamenei mengklaim dalam pidato video bahwa Iran telah memenangkan perang melawan Israel dan Amerika Serikat. Klaim ini langsung memicu kemarahan Trump.
Trump Ngamuk di Truth Social
Trump melancarkan serangan kata-kata keras di platform Truth Social miliknya. Dia menyerang Khamenei karena mengklaim Iran menang dalam perang yang baru saja berakhir.
Yang lebih mengejutkan, Trump juga mengklaim mengetahui "PERSIS di mana dia (Khamenei) berlindung, dan tidak akan membiarkan Israel, atau Angkatan Bersenjata AS... mengakhiri hidupnya."
Trump bahkan mengaku telah bekerja dalam beberapa hari terakhir untuk kemungkinan pencabutan sanksi terhadap Iran. Namun dia membatalkannya setelah mendengar pernyataan Khamenei.
Iran Balik Menyerang
Tidak tinggal diam, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi membalas di platform X (Twitter). Dia menyerang balik Trump dengan nada yang lebih diplomatis namun tegas.
"Jika Presiden Trump tulus ingin kesepakatan, dia harus mengesampingkan nada yang tidak hormat dan tidak dapat diterima terhadap Pemimpin Tertinggi Iran," tulis Araghchi seperti dikutip langsung dari akun X-nya.
Resul Serdar dari Al Jazeera yang melaporkan dari Tehran mengatakan pernyataan Araghchi adalah "reaksi yang paling diharapkan" terhadap postingan media sosial Trump.
Posisi Khamenei yang Sensitif
Wartawan Al Jazeera menjelaskan mengapa kritik terhadap Khamenei begitu sensitif.
"Banyak orang Iran menganggapnya terutama sebagai pemimpin agama, tetapi menurut konstitusi, dia bukan hanya itu, dia adalah pemimpin politik, dia adalah pemimpin militer, dia hanya kepala negara di Iran," jelasnya.
Posisi Khamenei bukan hanya puncak hierarki, tetapi peran ilahi dalam teologi politik Syiah. "Tidak hanya di Iran, tetapi di seluruh dunia, kita tahu ada sejumlah besar Syiah yang mencari bimbingannya," tambah Serdar.
Siapa pun yang mengetahui hal itu akan sangat berhati-hati untuk tidak mengkritiknya secara publik, terutama tidak menuduhnya berbohong. Inilah yang membuat serangan Trump begitu kontroversial.
Perang kata-kata ini menunjukkan bahwa meski gencatan senjata telah ditandatangani, hubungan AS-Iran masih sangat tegang. Kedua pemimpin tampaknya masih saling menyalahkan atas konflik yang terjadi.