Panji Gumilang Disebut Banyak Bekingan, Al Zaytun Indramayu Tempat Afliasi NII
- Tangkapan Layar Youtube
Cianjur – Panji Gumilang baru-baru ini menjadi subjek kontroversi karena mengajar. Tepatnya beberapa hari lalu, massa mendatangi Al Zaytun, tapi sayang terhalang oleh puluhan ribu massa yang sudah disiapkan Al Zaytun.
Tak hanya itu, sejumlah aparat kepolisian juga ditugaskan untuk menjaga sekitar, dan seluruh sisi pondok juga sudah ditutupi dengan pagar kawat.
Seolah mereka lebih siap menanti kehadiran massa yang tidak setuju dengan aksi yang dilakukan Ponpes Al Zaytun.
Dengan penuh keberanian, Panji turun langsung di tengah-tengah massa, dan memimpin mereka melantunkan salam Yahudi seperti sebelum-sebelumnya.
Atas keberanian Panji, banyak orang mengatakan bahwa mereka punya musuh. Salah satunya, menurut Imam Supriyanto, pendiri pesantren Indonesia, adalah bahwa Al Zaytun punya musuh bernama Pak Kumis, yang sebenarnya adalah Moeldoko.
Seperti yang kita ketahui, Moeldoko telah ditunjuk sebagai Kepala Staf Kepresidenan untuk kedua kalinya oleh Presiden Joko Widodo, terhitung sejak tahun 2018.
Karena dia dekat dengan Al Zaytun dan sering berkunjung ke sana, dia dianggap memiliki akses ke polisi.
Imam Supriyanto juga menyebut Agung Sedayu, adik dari Panji Gumilang sendiri, yang merupakan agen Interpol BIN (Badan Intelijen Negara).
Sementara itu, bekingan lainnya, bukan berasal dari dalam negeri, melainkan Panji Gumilang diduga melakukan koneksi dengan Tel Aviv, ibu kota Israel.
Pondok Al Zaytun telah menjadi subjek kontroversi sejak didirikan, karena dianggap sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) dan berafiliasi untuk keuangan pesantren.
Banyak video beredar yang menunjukkan aktivitas di pondok pesantren Al Zaytun beredar, namanya menjadi perhatian publik.
NII saat itu dipimpin oleh Abu Toto, yang diduga merupakan nama samaran dari Panji Gumilang sendiri.
NII adalah kelompok yang ingin Indonesia berdiri atas asas Islam hingga penolakan Pancasila dibuktikan. Menurut Panji Gumilang, masalah NII sudah ada sejak tahun 1962, dan mereka juga berusaha membangun kemandirian pesantren dengan membuat program pertanian terpadu.