Mitos Angklung, Alat Musik Tradisional Cianjur yang Diakui UNESCO

Sejumlah siswa memainkan Angklung Cianjur.
Sumber :
  • Instagram @eslikliki

CianjurAngklung adalah alat musik tradisional Cianjur, Jawa Barat, yang terbuat dari beberapa pipa bambu berbagai ukuran yang disusun dalam sebuah bingkai bambu, diikat dengan tali rotan.

Rahasia di Balik Lezatnya 5 Kuliner Legendaris Jawa Barat, Sudah Coba Semua?

Angklung dimainkan dengan cara menggoyangkan atau mengetuk bingkai bambu, sehingga menghasilkan nada atau akor tertentu.

Setiap angklung hanya menghasilkan satu nada atau akor, sehingga diperlukan beberapa pemain untuk berkolaborasi dalam memainkan melodi.

Resep dan Cara Membuat Bandeng Bakar Lezat dengan Bumbu Rempah Khas

Angklung tradisional menggunakan skala pentatonis, tetapi pada tahun 1938 musisi Daeng Soetigna memperkenalkan angklung yang menggunakan skala diatonis; angklung ini dikenal sebagai angklung padaeng.

Angklung berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat, salah satunya dari Cianjur.

Resep Tumis Daun Melinjo Gurih dan Lezat, Mudah Dibuat dan Penuh Manfaat Kesehatan

Cianjur merupakan kabupaten terluas ketiga di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sukabumi.

Cianjur memiliki budaya yang kaya dan beragam, salah satunya adalah kesenian angklung.

Angklung merupakan salah satu warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO sejak November 2010.

Penetapan ini menyusul wayang, keris, dan batik yang telah terlebih dulu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia.

Angklung Cianjur memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. Angklung Cianjur memiliki ciri khas yaitu menggunakan bambu hitam atau bambu aur sebagai bahan pembuatannya.

Bambu hitam dipercaya memiliki kualitas suara yang lebih baik daripada bambu biasa.

Bambu hitam juga memiliki nilai spiritual yang tinggi bagi masyarakat Sunda, karena dianggap sebagai salah satu bagian tubuh Nyai Sri Pohaci, dewi kesuburan yang dipuja oleh masyarakat Sunda.

Nyai Sri Pohaci berasal dari telur yang ada dari air mata Dewa Naga Anta yang hidup di dunia atas bersama para dewa.

Saat Nyai Sri Pohaci meninggal, Dewa Guru meminta agar tubuhnya dikubur di dunia tengah, tempat tinggal manusia.

Dari kuburnya tumbuhlah berbagai jenis tanaman yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Sunda, seperti padi, kelapa, enau, dan bambu hitam. 

Angklung Cianjur juga memiliki nilai-nilai luhur yang dapat memberikan manfaat bagi pemain dan penikmatnya.

Angklung Cianjur mengajarkan tentang kecintaan terhadap alam, khususnya bambu, yang merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Sunda.

Angklung Cianjur juga mengajarkan tentang kerjasama dan saling menghormati antara pemain, karena untuk memainkan angklung diperlukan koordinasi dan harmoni antara nada-nada yang dihasilkan oleh setiap angklung.

Selain itu, angklung Cianjur juga mengajarkan tentang disiplin, tanggung jawab, konsentrasi, pengembangan imajinasi dan ingatan, serta rasa seni dan musikal.

Angklung Cianjur merupakan warisan budaya dunia yang mewakili kecintaan terhadap bambu dan kebudayaan Sunda.

Angklung Cianjur juga merupakan alat musik yang dapat menghibur dan mendidik generasi muda Indonesia.

Angklung Cianjur patut dilestarikan dan dikembangkan agar tidak punah dan tetap relevan dengan zaman.(hen)