Terungkap, Ternyata Ini Pemicu Kasus Inses Ibu Setubuhi Anak di Bukittinggi

Ilustrasi Seksual
Sumber :
  • Pixabay

Cianjur – Sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni turut angkat bicara terkait dugaan kasus inses atau persetubuhan sedarah antara ibu dan anak yang terjadi di Bukittinggi, Sumatra Barat. Ia menyebut peristiwa itu terjadi karena adanya kohesi atau hubungan yang berlebihan.

Galaxy Tab A9 Kids Edition: Gadget Edukasi Terbaik untuk Anak, Kini Harga Turun Drastis

"Kedekatan hubungan yang berlebihan dan melampaui nilai-nilai sakral antara ibu dan anak bisa memicu praktik menyimpang," kata Erianjoni dikutip dari tvOneNews, Minggu (25/6/2023).

Lebih lanjut, Erianjoni menjelaskan tentang pentingnya bagi orang tua untuk memerhatikan batas-batas hubungan baik dengan anak laki-laki atau anak perempuan. Sebab, jika tidak maka bisa kebablasan seperti yang terjadi di Kota Bukittinggi.

Ibu Rumah Tangga Wajib Coba 5 Cara Dapat Saldo DANA Gratis Rp500 Ribu Tiap Hari

Selain itu, Erianjoni menilai praktik yang tidak wajar itu bisa terjadi karena disfungsi peran keluarga atau ayah. Dalam artian, seorang ayah gagal menjaga anak dan istrinya.

"Imbasnya hubungan menyimpang ini terjadi karena tidak ada pengawasan," ujarnya.

7 HP Android Terbaik untuk Si Kecil: Aman, Edukatif, dan Terjangkau!

Sosiolog UNP Sumatera Barat, Erianjoni

Photo :
  • tvOneNews

Erianjoni juga mengungkapkan, inses juga bisa dipicu karea pengaruh zat adiktif seperti narkoba dan sejenisnya. Sehingga dengan hal itu bisa merusak syaraf dan mengakibatkan seseorang tidak berpikir normal.

Ia menganggap adanya dugaan kasus perilaku seks menyimpang di Bukittinggi ini menandakan bahwa terjadi degradasi moral yang sangat drastis di Tanah Air. 

Sementara itu, Wali Kota Bukittinggi Erman Safar mengajak kepada seluruh kepala daerah di provinsi Sumatera Barat untuk berani mengungkap kasus yang serupa.

Hal itu disampaikan Erman Safar menyusul pengungkapan dugaan kasus inses antara ibu dan anak yang terjadi di daerahnya, dan telah berlangsung selama 11 tahun terakhir.

"Ini untuk membentengi anak-anak kita. Tapi bagaimana dengan kota dan kabupaten lain, sampai kapan mau seperti ini," tukas Erman.