Kisah Sikit Wahyudi: Beralih Profesi, Kini Raup Omzet 7 Juta Sehari
- Chanel Youtube "Pecah Telur"
Cianjur – Meninggalkan zona nyaman tidaklah mudah. Namun, itulah yang dilakukan Sikit Wahyudi (38), seorang mantan atlet dan sarjana ekonomi yang memutuskan untuk mengubah hidupnya.
Dengan latar belakang yang sama sekali tidak terkait dengan dunia kuliner, ia kini berhasil menjalankan usaha nasi uduk “Bang Jenggot” yang ramai diserbu pembeli.
Sikit bukanlah sosok yang asing dengan tantangan. Pada 2019, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan lamanya di Surabaya.
“Saat itu, saya merasa pekerjaan saya sudah tidak sejalan dengan keyakinan saya. Memang berat, apalagi saya punya tiga anak dan biaya hidup di Surabaya cukup tinggi,” ujar Sikit mengenang masa-masa sulitnya.
Dikutip dari chanel Youtube "Pecah Telur", Senin (11/11), berawal dari kondisi ekonomi yang tak menentu akibat pandemi pada 2021, Wahyudi memutar otak untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
Usaha kedai kopi yang ia jalankan sebelumnya harus tutup karena penurunan daya beli masyarakat.
"Pandemi membuat saya berpikir ulang. Orang lebih memilih membeli makanan pokok dibanding kopi. Itulah yang membuat saya beralih ke bisnis makanan," jelasnya.
Dengan modal nekat dan keyakinan, Sikit mulai merintis usaha nasi uduk.
“Awalnya, saya melihat di Tulungagung belum banyak yang menjual sarapan berupa nasi uduk, terutama di pagi hari. Jadi, saya coba untuk masuk ke segmen ini,” katanya.
Tidak hanya mengandalkan rasa, Sikit juga menciptakan konsep yang unik. Rombong kayu dengan desain menarik serta penyajian nasi uduk yang kekinian menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli.
Siapa sangka, usaha yang dimulai dari satu lapak kini berkembang pesat hingga empat cabang. Omzet yang diraihnya pun tak main-main.
"Sehari, satu lapak bisa menghasilkan omzet antara satu hingga tujuh juta rupiah. Itu belum termasuk pesanan besar-besaran yang kadang bisa mencapai 700 bungkus dalam sehari," ungkap Sikit bangga.
Namun, kesuksesan ini tentu tidak datang begitu saja. Sikit mengakui bahwa memulai usaha di pinggir jalan tidaklah mudah, terutama bagi seseorang yang sebelumnya bekerja di kantor dengan fasilitas lengkap.
“Awalnya gengsi, tapi saya sadar bahwa inilah pilihan yang harus saya jalani. Saya berusaha ikhlas dan mencintai apa yang saya lakukan,” katanya dengan senyum penuh kelegaan.