Wow! HP Asus Zenfone 11 Ultra, Performa Gahar, Kamera Standar di Bulan Desember 2024
- Istimewa
Cianjur –Salah satu ponsel andalan Asus tahun ini adalah Zenfone 11 Ultra, yang dirilis pada 12 Juni 2024.
Suksesor dari Zenfone 10 Ultra ini hadir dengan spesifikasi yang cukup tinggi. Pada aspek hardware, smartphone ini ditenagai System on Chip (SoC) Snapdragon 8 Gen 3 dari Qualcomm.
Chip keluaran 2023 ini dipadukan dengan RAM 12/256 GB atau 16/512 GB.
Sebagai smartphone kekinian, Zenfone 11 Ultra juga dilengkapi dengan aneka fitur berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menunjang aktivitas pengguna.
Di Indonesia, Asus Zenfone Ultra hadir dalam tiga varian warna, yaitu Eternal Black, Skyline Blue dan Misty Grey.
Menggunakan Zenfone 11 Ultra varian RAM 12/256 GB warna Eternal Black. Bagaimana pengalaman kami memakai smartphone ini sebagai daily driver? Berikut ulasannya.
Desain bongsor Asus Zenfone 11 Ultra dibekali layar AMOLED 6,78 inci, resolusi Full HD Plus, refresh rate 120 Hz atau sampai 144 Hz bila dipakai untuk bermain game, kecerahan sampai 2.500 nits serta dilindungi kaca Gorilla Glass Victus 2.
Layarnya juga memiliki lubang kecil untuk menampung kamera depan ponsel. Meski ukuran layarnya seperti smartphone kekinian, bodi Zenfone 11 Ultra terasa bongsor. Kami gunakan ponsel Realme GT yang memiliki ukuran layar sama, sebagai pembanding.
Asus Zenfone 11 Ultra memiliki ketebalan yang agak lebih tebal dibanding Realme GT 6. Ketebalan Zenfone 11 Ultra adalah 8,9 milimeter sedangkan Realme GT 6 8,6 mm.
Selain itu, bobot Zenfone 11 Ultra juga lebih berat dibanding flagship Realme itu dengan perbandingan 224 gram vs 199 gram.
Walhasil, Zenfone 11 Ultra terasa bongsor khususnya di tangan pengguna yang kecil.
Bila dibandingkan dengan pendahulunya, Asus Zenfone 10 dan model Zenfone sebelumnya mengusung ukuran yang compact dengan layar 5,9 inci dan bobot ringan sekitar 170 gram.
Konsep ini juga membuat Zenfone menjadi alternatif smartphone yang compact dari ponsel Android lainnya yang hadir dengan layar 6 inci lebih.
Beralih ke desain punggung Zenfone 11 Ultra, smartphone ini dilengkapi modul kamera persegi yang cukup tebal. Modul itu menampung satu lampu LED flash dan tiga kamera belakang ponsel, terdiri dari kamera utama 50 MP, kamera ultrawide 13 MP dan kamera telefoto 32 MP.
Konsep ini juga berubah dari model Zenfone sebelumnya yang biasanya dibekali dua kamera belakang saja.
Penampangnya didesain dengan finishing matte sehingga tidak mudah menangkap bekas jari. Aksen logo "A"-nya sendiri didesain glossy. Sehingga, menampilkan efek kilau ketika terpapar cahaya. Ada pula penamaan "Asus Zenfone" sejajar dengan modul kamera, didesain glossy seperti logo tadi. Bodi ponsel ini dibingkai dengan material aluminium. Seperti kotak kemasannya, bingkai Zenfone 11 Ultra juga memakai bahan ramah lingkungan dengan 100 persen aluminium daur ulang.
Asus juga sesumbar layar depan ponsel ini memakai 22 persen kaca daur ulang yang ramah lingkungan. Sederet upaya ini ditempuh demi menunjukkan komitmen perusahaan akan keberlanjutan. Masih di bodi ponsel, Zenfone 11 Ultra dilengkapi tombol daya dan volume yang cukup ramping, diposisikan sejajar di sisi kanan ponsel. Sisi kiri ponselnya polos tanpa tombol atau port apa pun.
Sementara bagian bawah ponsel menampung aneka komponen termasuk mikrofon, port USB-C, slot kartu SIM, speaker serta colokan audio 3,5 mm. Hadirnya port audio 3,5 mm membuat keunikan tersendiri bagi smartphone ini, karena sebagian besar smartphone saat ini khususnya flagship, sudah meninggalkan dukungan tersebut demi desain perangkat yang lebih ramping. Fitur "edge tool" bikin kagok Selama menjajal ponsel ini, layarnya terbilang responsif berkat dukungan panel AMOLED, refresh rate 120 Hz dan fitur pendukung lainnya. Hanya saja fitur Edge Tool terkadang mengganggu pengoperasian layar menjadi kurang optimal.
Edge Tool adalah sidebar atau semacam pintasan yang bisa menampilkan sejumlah aplikasi atau fitur di ponsel termasuk WiFi, senter dan lain sebagainya.
Dengan menekan panel Edge Tool yang ada di tepi layar ponsel, pengguna bisa mengakses aplikasi atau fitur lain, tanpa menutup aplikasi yang sedang dijalankan terlebih dahulu.
Nah, area layar di sekitar panel itu terkadang tidak responsif. Walhasil tim KompasTekno perlu memindah panel Edge Tool dengan cara menekan dan tahan (hold), kemudian menyeretnya ke tepi yang lain.
Kendala itu terjadi ketika panel Edge Tool diatur "selalu ditampilkan" di tepi layar. Smartphone ini juga menyediakan opsi untuk menyembunyikan Edge Tool khususnya ketika bermain game atau menonaktifkan Edge tool sepenuhnya. Meski cukup minor, kendala ini terasa mengganggu khususnya ketika kami memerlukan akses layar di area panel Edge tool dalam tempo cepat.
Fitur ini sebenarnya cukup umum di smartphone kekinian lainnya. Namun kendala seperti di atas cukup jarang ditemukan. Asus mungkin perlu melakukan perbaikan lewat pembaruan. Kamera biasa saja Asus Zenfone 11 Ultra dilengkapi tiga kamera belakang, terdiri dari kamera utama 50 MP (f/1.9) dengan sensor Sony IMX890 dan fitur stabilisasi OIS, kamera telefoto 32 MP (f/2.4) dengan zoom optis 3x dan kamera ultrawide 13 MP (f/2.2).
Kameranya juga dilengkapi sejumlah fitur pendukung fotografi maupun videografi, termasuk mode portrait untuk memberikan efek bokeh pada latar belakang foto dan video.
Berdasarkan pengalaman tim KompasTekno, hasil foto Zenfone 11 Ultra terbilang biasa saja untuk smartphone sekelas flagship. Pasalnya, secara umum detail fotonya terlihat pas-pasan, walaupun kondisi pencahayaan dan faktor lainnya begitu memadai. Terkadang, hasilnya memang memuaskan, dengan detail yang lebih tajam serta blur yang rapi. Namun terkadang terdapat penurunan kualitas, utamanya soal detail obyek foto, saat pemotretan di waktu yang berbeda, walaupun dengan situasi dan kondisi obyek foto yang identik.
Seringkali, detail yang kurang itu terjadi ketika memotret orang. Sementara obyek benda, cenderung konsisten.
Awalnya kami mengira hasil itu didapat karena software kamera yang masih belum sempurna, sebagaimana smartphone baru pada umumnya. Namun, hingga smartphone ini dipakai selama beberapa bulan, hasilnya cukup sama. Tidak ada perubahan signifikan pada detail fotonya. Pantauan KompasTekno juga tidak ada pembaruan yang ditujukan untuk memoles kamera smartphone. Adapun hasil video Asus Zenfone 11 Ultra terbilang lebih baik dari hasil fotonya. Detail setiap obyek yang terekam terlihat jelas, walaupun warnanya terkesan apa adanya tanpa polesan.
Apalagi fitur OIS-nya sangat membantu meredam guncangan selama proses perekaman, sehingga videonya terlihat begitu stabil. Untuk resolusinya, pengguna bisa memilih sejumlah opsi mulai dari, Full HD dan 4K di 60 fps hingga 8K di 24 fps.
Beralih ke kamera depan, Asus Zenfone 11 Ultra dibekali kamera 32 MP. Kamera ini disematkan di punch hole layar berukuran kecil. Pengalaman kamera depan ponsel ini bisa menangkap detail obyek foto dengan baik, utamanya saat pencahayaan memadai seperti saat siang hari. Bila cahayanya agak kurang seperti saat selfie di malam hari, maka hasilnya akan terlihat dihiasi noise.
Tangguh jadi daily driver Asus Zenfone 11 Ultra tampaknya memang cocok bila mengutamakan performa sebagai fitur andalannya. Sebab, smartphone ini memang terasa tangguh selama digunakan sebagai daily driver. Secara teknis, Zenfone 11 Ultra yang dipakai oleh tim KompasTekno ditenagai dengan System on Chip (SoC) Snapdragon 8 Gen 3, dipadukan dengan RAM 12 GB dan penyimpanan 256 GB. Selama di pakai kurang lebih tiga bulan, tidak ada kendala terkait perfoma yang dirasakan sama sekali.
Semua fungsi dan aplikasi bisa dijalankan dengan baik, baik untuk berselancar di internet, scrolling media sosial, membuat dokumen pekerjaan, merekam dan mengambil foto, menonton live shopping di marketplace serta aktivitas lainnya. Untuk bermain game, smartphone ini juga jadi andalan. Contohnya untuk bermain game Mobile Legends dengan pengaturan grafis rata kanan (frame rate dan grafis pada pengaturan ultra), game-nya bisa dilibas dengan lancar tanpa kendala. Grafisnya juga berjalan mulus tanpa hambatan seperti frame drop dan semacamnya.
Saat permainan berjalan intens, terasa peningkatan suhu pada punggung ponsel. Namun kenaikan suhunya masih terbilang wajar sebagaimana smartphone pada umumnya, saat dipakai untuk game berat. Untuk mengukur performa Zenfone 11 Ultra di atas kertas, kami juga menjalankan aplikasi benchmark seperti AnTuTu, 3DMark dan Geekbench.
Pada aplikasi AnTuTu versi V10.2.7, Kami coba melakukan beberapa kali tes, di mana masing-masing tes diselingi jeda untuk menetralkan perangkat.
Dari tiga kali uji benchmark, Asus Zenfone 11 Ultra meraih skor rata-rata sebesar 1.581.806 poin. Adapun skor tertinggi yang diraih ponsel ini yaitu sebesar 1.604.114 poin.
Kami juga menguji ponsel ini menggunakan aplikasi Geekbench 6. Hasilnya, Asus Zenfone 11 Ultra meraih skor 2.198 untuk pengujian CPU single-core dan 6.595 untuk multi-core. Sementara itu pada aplikasi 3DMark, Zenfone 11 Ultra meraih skor "Maxed out" alias maksimal tanpa skor yang ditampilkan, khususnya untuk mode pengujian Wild Life. Aplikasi benchmark ini juga menyertakan keterangan bahwa "Asus Zenfone 11 Ultra terlalu kuat untuk pengujian Wild Life".
Karena itu, kami menjalankan pengujian mode Wild Life Extreme. Dalam mode ini, Zenfone 11 Ultra memperoleh skor 4.916 poin dengan frame rate rata-rata 29,44 FPS. Baterai lumayan awet Asus Zenfone 11 Ultra dibekali baterai 5.500 mAh. Kapasitasnya terbilang cukup besar karena umumnya smartphone hadir dengan baterai 5.000-an mAh.
Dengan kapasitas sebesar itu, pada awal penggunaan, baterai smartphone ini terasa awet, bahkan tidak perlu mengisi ulang setiap hari untuk penggunaan yang cukup intens. Misalnya untuk berselancar di media sosial, merekam video atau memotret foto, menonton live shopping, melakukan panggilan video dan lain sebagainya.
Berdasarkan catatan ponsel, daya perangkat dari penuh 100 persen bisa bertahan sampai sekitar 21 jam sejak terisi penuh. Namun seiring waktu, daya tahan baterainya mulai berkurang menjadi kurang dari 20 jam. Setelah dipakai selama 17 jam baterainya hanya tersisa tujuh persen saja.
Hal ini kemungkinan karena semakin banyak aplikasi yang diinstal dan kian banyak pula data seperti foto dan video yang tersimpan.
Dengan begitu, ada semakin banyak proses yang berjalan background. Apalagi smartphone ini juga menawarkan fitur yang mengkurasi album foto maupun video di galeri, berdasarkan orang atau lokasinya. Fitur ini berjalan secara otomatis dan akan memperbarui album secara berkala. Walau demikian, baterainya masih bisa dibilang cukup awet meski tidak seawet di awal penggunaan. Perlu dicatat bahwa Zenfone 11 Ultra tidak dilengkapi dengan adapter charger dalam paket pembeliannya. Praktik ini sudah cukup umum bagi beberapa vendor smartphone, tetapi baru dilakukan oleh Asus. Sebab, Zenfone 10 masih dilengkapi dengan adapter charger.
Asus Zenfone 11 Ultra hanya dilengkapi dengan USB-C ke-C. Bagi pengguna yang sudah memiliki adapter yang cocok, konsep ini mungkin tidak menjadi masalah. Namun bagi yang belum memiliki adapter sejenis, USB bawaan Zenfone 11 Ultra jadi sia-sia karena umumnya adapter charger masih menggunakan port USB-A.
Karena tidak dibekali charger bawaan, tim KompasTekno menggunakan adapter lain. Kami mencoba beberapa jenis adapter, mulai dari yang output-nya sampai 120 watt hingga 25 watt, dengan kabel USB bawaan adapter. Setiap pengecasan, suhu ponsel terasa cenderung tinggi, baik saat memakai adapter 120 watt atau 25 watt. Kondisi ini terjadi baik ketika ponsel memakai softcase bawaan atau tidak. Walau demikian, kondisi ini tidak menimbulkan dampak yang mengkhawatirkan. Adapun durasi pengisian ulang dari 0 sampai 100 persen berlangsung sekitar satu sampai 1,5 jam.
Fitur AI bantu aktivitas Asus Zenfone 11 Ultra juga dilengkapi dengan sejumlah fitur berbasis AI. Setidaknya smartphone ini memiliki tujuh fitur AI mulai dari AI Wallpaper untuk membuat wallpaper sesuai keinginan, hingga pencarian pengaturan berbasis AI. Kami mencoba beberapa fitur yang terbilang menarik dan cukup membantu aktivitas, yaitu fitur AI Transcript untuk mentranskrip rekaman dari aplikasi perekam suara bawaan ponsel, hingga beberapa fitur yang memudahkan pencarian baik aplikasi, pengaturan maupun foto.
Saat awal penggunaan, sekitar Agustus 2024, fitur AI Transcript masih belum bisa dipakai secara optimal. Fiturnya sudah muncul di aplikasi Recorder, tetapi belum bisa dipakai, walaupun sumber suara menggunakan bahasa Inggris.
Baru sekitar bulan Oktober, khususnya setelah muncul update, fitur AI Transcript bisa dipakai walau masih dalam versi beta. Fitur ini bisa dipakai untuk sejumlah bahasa termasuk bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Selain untuk transkrip, fitur ini juga bisa membuat ringkasan. Bagi jurnalis, fitur ini sangat membantu membuat proses transkrip wawancara narasumber misalnya, jadi lebih cepat. Namun pengalaman KompasTekno, transkripnya masih belum sempurna, apalagi bila narasumber menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, menggunakan istilah tertentu yang kurang familiar, atau ketika sumber suara kurang jelas. Bila situasinya mendukung, akurasi transkripnya terbilang oke, apalagi untuk bahasa Inggris.
Untuk menggunakan fitur ini, pengguna hanya perlu membuka menu Recorder > buka daftar rekaman > pilih rekaman yang ingin ditranskrip > klik Transcription. Pastikan pengguna sudah mengunduh paket bahasa yang diperlukan.
Fitur AI lainnya yaitu fitur pencarian foto yang akan memudahkan pencarian foto yang sudah tersimpan di galeri ponsel. Kueri yang dipakai untuk pencarian juga bisa cukup luwes dengan menggunakan bahasa Inggris atau bahasa yang didukung, dengan cara mengunduh bahasa terlebih dahulu. Misalnya menggunakan kueri "langit dan pantai" sehingga ponsel menampilkan foto berlatar pantai dan langit. Walau agak typo, AI-nya cukup mampu memahami kueri yang dimaksud.
Fitur yang sama juga bisa tersedia untuk mencari aplikasi. Kolom pencariannya tersedia ketika membuka daftar aplikasi ponsel. Pengguna bisa melakukan pencarian berdasarkan kategori aplikasi, misalnya aplikasi belanja. Dengan begitu, ponsel akan menampilkan sejumlah aplikasi belanja yang sudah terinstal. Aneka fitur berbasis AI ini memang cukup memudahkan pencarian. Namun dalam aktivitas sehari-hari, fitur ini jarang kami gunakan. Mungkin hanya sesekali untuk melihat daftar foto tertentu misalnya, untuk sekadar hiburan dan lain sebagainya.
Sebagai ponsel flagship, performa Asus Zenfone 11 Ultra memang patut diandalkan, baik untuk menunjang aktivitas, produktivitas maupun bermain game mobile. Apalagi baterainya cukup awet, walaupun tidak dilengkapi dengan adapter charger untuk pengisian ulang. Sayangnya kualitas kamera ponsel ini patut mendapat perhatian, mengingat kamera juga menjadi salah satu fitur ponsel yang sering dipakai oleh pengguna dalam aktivitas sehari. Karena itu, Zenfone 11 Ultra bila mengacu pada pengalaman penggunaan kami, lebih cocok untuk mereka yang mementingkan performa dan merasa cukup dengan kamera yang biasa saja. Harga Asus Zenfone 11 Ultra saat dirilis di Indonesia adalah Rp 10.999.000 untuk varian RAM 12/256 GB. Sejak November 2024, harga ponsel ini kemudian dipangkas menjadi Rp 8.499.000 untuk varian RAM tersebut.
Dengan harga tersebut, pengguna mendapat unit Zenfone 11 Ultra, hardcase, panduan singkat sekaligus kartu garansi, USB-C ke C, earphone dengan jack 3,5 mm, serta SIM ejector untuk membuka baki SIM ponsel. Semua item ini dibungkus dalam kotak berkelir abu-abu muda.