Sukses dari Jualan Es: Tasripin dan Kisah Rp7 Triliunnya yang Memukau

Ilustrasi penjual es
Sumber :
  • id.pinterest.com

Cianjur – Siapa sangka, usaha sederhana seperti berjualan es dapat mengantarkan seseorang menjadi kaya raya. 

Sejarah mencatat, salah satu pengusaha es terkenal dari Indonesia, Tasripin, berhasil mengumpulkan kekayaan yang jika dikonversi ke nilai saat ini mencapai Rp7 triliun. 

 

Sosok ini menjadi bukti nyata bahwa kerja keras dan inovasi di bidang yang tampaknya sederhana bisa menghasilkan pencapaian luar biasa.

 

Ilustrasi penjual es

Photo :
  • id.pinterest.com

 

Tasripin memulai langkahnya di awal 1900-an, ketika es merupakan barang mewah karena belum adanya teknologi pendingin seperti kulkas. 

 

Dengan melihat peluang ini, ia mendirikan pabrik es pertama di daerah Ungaran, Semarang. 

 

Usahanya berkembang pesat, hingga pada 1910 ia membuka pabrik es kedua di Petelan, Semarang, yang menjadi salah satu fasilitas produksi terbesar di daerah tersebut pada masa itu.

 

Kesuksesan Tasripin tidak hanya berasal dari bisnis es. Ia juga mendiversifikasi usahanya ke bidang lain seperti rumah penjagalan dan jual-beli kulit hewan. 

 

Dengan penghasilan mencapai 30-40 ribu gulden setiap bulan, ia mampu membeli banyak properti dan tanah di berbagai lokasi strategis di Semarang. 

Kesuksesannya menjadikannya salah satu orang terkaya di Indonesia pada masa kolonial.

 

Selain Tasripin, ada nama lain yang juga menjadi pelopor di industri es, yaitu Kwa Wan Hong. Ia mendirikan pabrik es Hoo Hien pada 1895, menggunakan teknologi reaksi kimia untuk menghasilkan es. 

 

Langkah ini berhasil mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menikmati minuman dingin, menjadikan es lebih terjangkau dan populer. 

 

Kwa tidak hanya sukses dalam bisnis es, tetapi juga membantu membuka jalan bagi industri es krim pertama di Indonesia.

 

Di Magelang, Robert Chevalier juga tercatat sebagai pengusaha es sukses. Ia mengelola bisnis es di bawah bendera NV. 

 

Magelangsche Ijs en Mineralwater Fabriek sejak 1920. Meski akhirnya bangkrut pada masa pendudukan Jepang, usahanya selama dua dekade menunjukkan bagaimana industri es bisa menjadi bisnis yang menjanjikan.

 

Cerita Tasripin, Kwa Wan Hong, dan Robert Chevalier menunjukkan bahwa inovasi dan kejelian melihat peluang bisa mengubah usaha kecil menjadi kerajaan bisnis yang menguntungkan. 

 

Mereka membuktikan bahwa kesuksesan tidak mengenal batas, bahkan dari hal yang sederhana seperti menjual es.

 

Kisah mereka menjadi inspirasi bahwa keberhasilan bisa diraih oleh siapa saja yang berani bermimpi, bekerja keras, dan memanfaatkan peluang yang ada. 

Dalam setiap usaha kecil, tersimpan potensi besar yang mungkin tak pernah kita bayangkan sebelumnya.