Hasil Penelitian Ponpes Al Zaytun Dibuat Menjadi Buku, Taufik Selaku Penyelidik: Kita Diancam

Aktivis pro Yahudi Israel Monique Rijkers dan peneliti Taufik Hidayat
Sumber :
  • Tangkapan Layar Youtube

Cianjur – Peneliti Pondok Pesantren Al Zaytun, Taufik Hidayat secara mengejutkan mengatakan kalau hasil penelitian yang dirinya lakukan terkait Ponpes Al Zaytun dan dibuat menjadi buku, namun buku tersebut disebut sebagai buku iblis orang-orang tertentu yang diduga pro terhadap Al Zaytun.

Diundang dalam acara diskusi Catatan Demokrasi yang tayang di tvOne, Taufik Hidayat yang merupakan peneliti Ponpes Al Zaytun meminta salah satu mantan kepala BIN harus diperiksa. Hal tersebut lantaran karena ia mengatakan kalau eks kepala BIN ini ada kaitannya dengan Ponpes Al Zaytun dan mendukung ponpes pimpinan Panji Gumilang itu.

Bahkan Taufik sempat mengatakan kalau pihak MUI dan Kemenag pasti akan kesulitan untuk melakukan investigasi ke dalam Pondok Pesantren Al Zaytun. Hal tersebut antaran Taufik Hidayat mengatakan kalau Ponpes Al Zaytun sudah mirip seperti kamp konsentrasi sehingga akan sangat sulit untuk melakukan investigasi.

"Tapi satu hal saya menantang Panji Gumilang, jadi Anda ini lupa ya pernah saya wawancarai lima jam lebih,” kata Taufik Hidayat.

Bahkan dalam kesempatan tersebut, Taufik Hidayat mengatakan kalau Panji Gumilang merupakan sosok Abu Totok Abdussalam yang merupakan pendiri organisasi NII KW9.

“Saat itu kami kejar betulkah Anda Abu Totok? Akhirnya dia mengaku juga karena saya bilang Syekh Anda asli Anyar ya, Dukun Gresik. Saya udah ketemu dengan adik dan ibunya Panji Gumilang,” sambungnya.

Secara tegas, Taufik Hidayat mengatakan kalau ia berharap orang-orang yang mendukung segala kegiatan Ponpes Al Zaytun untuk segera diperiksa.

"Dalam hal itu terus terang ya, Saya ingin orang-orang yang mendukung Al Zaytun terutama Hendropriyono kepala BIN harus diperiksa," katanya.

Taufik mengatakan hal tersebut, karena hasil penelitian yang dirinya lakukan terkait Ponpes Al Zaytun dan dibuat menjadi buku, namun buku tersebut disebut sebagai buku iblis orang-orang tertentu yang diduga pro terhadap Al Zaytun.

"Kita diancam. Isinya tentang kesesatan Al Zaytun tapi konteksnya Al Zaytun adalah bentuk kemegahan tapi di baliknya (terdapat) tragedi kemanusiaan yang luar biasa,” sambungnya.

Tragedi kemanusian yang dimaksud oleh Taufik Hidayat adalah potret kemiskinan yang dihadapi oleh para pekerjanya dibalik segala kemegahan yang ditunjukkan oleh Ponpes Al Zaytun.

“Orang boleh terpukau Al Zaytun itu bangunannya besar ya mewah, santrinya makannya teratur. Coba lihat ribuan pekerjanya masuk jam 6 pulang jam 6, mereka ngontrak, mereka hidup dalam kemiskinan. Satu kontrakan bisa (dihuni) lima keluarga,” ujar Taufik Hidayat.

Bahkan dengan berani, Taufik Hidayat mengatakan kalau mahasiswa dan para santri Al Zaytun kerap dipaksa untuk  menipu dan membohongi orang tuanya.

“Al Zaytun itu cuma cover, di luar itu adalah ada sayap territorial fungsional. Ini korban mahasiswa itu terlalu banyak disuruh bohong dan menipu orang tuanya,” lanjutnya.

“Bagi saya peristiwa NII Al Zaytun ini adalah tragedi kemanusiaan yang menyangkut anak-anak bangsa yang dirusak dicuci otaknya, yang di radikalisme,” tutur Taufik Hidayat.

Taufik Hidayat juga meminta pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk melakukan pencegahan dini terhadap segala aktivitas Al Zaytun yang dianggap menyimpang.

“Yang harus dilakukan MUI adalah mestinya MUI melakukan cegah dini, semacam flyer atau apa yang menyatakan kelompok bercirikan ini, hati-hati. Ini kan lebih dari bencana alam, bencana kemanusiaan. Bayangkan di Jakarta tahun 2007 anggota mereka 180 ribu orang,” pungkas Taufik Hidayat.

“Liat ini syekh dibilang sakti ya. Kita punya aliran dana dari teritorialnya yang mengalir ke Ma’had Al Zaytun. PPATK sudah menemukan aliran dana mencurigakan yang masuk ke Al Zaytun, datanya jelas,” sambungnya.

“Menurut saya hentikan saja itu demo-demo, itu akan menjadi panggung Panji Gumilang,” tandas Taufik Hidayat. 

“Kalau bicara kesesatan, saya wawancara Panji Gumilang, ini Panji Gumilang kapan salatnya? Ini para menterinya, stafnya mana ada. Salat dijamak kapan salatnya?”