Rusmawati dan Perjuangan Membangun Kemandirian Anak di Sanggar Belajar
- istimewa
Cianjur – Rusmawati adalah sosok inspiratif yang berdedikasi dalam membangun kemandirian anak-anak melalui sanggar belajar yang ia dirikan.
Dengan tekad kuat, ia bekerja tanpa lelah untuk menyediakan tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak dari berbagai latar belakang, mengajarkan mereka keterampilan dasar hingga kemampuan berpikir kritis.
Sanggar belajar ini bukan sekadar tempat untuk belajar mata pelajaran sekolah, tetapi juga menjadi wadah bagi anak-anak untuk mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian.
Rusmawati percaya bahwa dengan pendidikan yang tepat dan lingkungan yang mendukung, anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang berdaya dan siap menghadapi masa depan dengan percaya diri.
Melalui perjuangannya, Rusmawati tidak hanya memberi pengetahuan, tetapi juga menanamkan harapan dan membentuk generasi yang mandiri serta bertanggung jawab.
Kawasan pesisir di Serdang Bedagai, Sumatera Utara, hidup dalam kemiskinan dan tidak memiliki akses ke pendidikan yang memadai. Karena berbagai keterbatasan sosial dan ekonomi, banyak anak di wilayah tersebut terpaksa meninggalkan sekolah.
Di tengah keadaan sulit ini, sebagian orang mengikuti semboyan "Kerja tak kerja, asal hidup enak", yang menunjukkan keadaan pasrah tanpa keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka.
Seperti yang dilaporkan Astra Satu Indonesia Awards, Rusmawati, seorang aktivis dari LSM Hapsari, justru dimotivasi oleh keadaan ini untuk melakukan perubahan. Hapsari adalah organisasi yang berfokus pada perempuan dan pemberdayaan mereka. Rusmawati merasa perlu memberikan manfaat nyata kepada masyarakat dengan mendirikan Sanggar Belajar Anak (SBA).
Anak-anak di sanggar ini tidak hanya dididik tetapi juga dididik untuk menjadi mandiri di masa depan.
Rusmawati lahir di Desa Bingkat pada 2 Februari 1976 dan telah lama berkampanye untuk hak-hak masyarakat pesisir. Dia mendapat dukungan dari komunitas dan organisasi pendamping. Dia berusaha keras bersama rekan-rekannya dalam Serikat Petani Pesisir dan Nelayan (SPPN) untuk mengelola dan membangun Sanggar Belajar Anak.
SBA mendapatkan bantuan untuk menjalankan kegiatan di sanggar ini dari berbagai sumber, termasuk Hapsari sebagai induk organisasi, SPPN, dan iuran murid sebesar Rp8.000 hingga Rp10.000 setiap bulan. Selain itu, sanggar ini menerima bantuan dari lembaga asing yang peduli dengan pendidikan di daerah terpencil.
Selain fokus pada anak-anak, SBA juga memberikan pelatihan kepada ibu-ibu wali murid dalam hal berorganisasi dan membahas persoalan yang berkaitan dengan perempuan, ekonomi, sosial, dan budaya. Diskusi ini membangkitkan semangat para ibu untuk lebih mandiri dalam menghadapi persoalan hidup.
Pemberdayaan Ekonomi Lewat Kelompok Usaha Sebagai bagian dari pengembangan masyarakat, SBA tak hanya mendidik anak-anak tetapi juga mendukung ibu-ibu rumah tangga melalui program pinjaman lunak. Dalam empat tahun terakhir, lebih dari 40 ibu rumah tangga telah mendapatkan pinjaman sebesar Rp1 juta per orang. Dana ini digunakan untuk berbagai kegiatan ekonomi kreatif, seperti beternak ayam dan bebek, berkebun sayuran, hingga membuat ikan asin.
Keluarga mereka memperoleh keuntungan tambahan dari usaha-usaha ini. Pemberdayaan ekonomi yang sukses ini memberikan dorongan yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Banyak ibu rumah tangga sekarang berani memulai usaha kecil-kecilan di rumah mereka dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga mereka. Melalui Sanggar Belajar Anak, Rusmawati tidak hanya mengajar anak-anak tetapi juga mengajarkan mereka bagaimana menjadi orang yang mandiri dan sadar sosial.
Inisiatif ini menjadi langkah penting dalam mengubah wajah kawasan pesisir Serdang Bedagai yang penuh tantangan, menuju masyarakat yang lebih berdaya dan mandiri. (Hendra/Cianjur Viva)