Achmad Irfandi, Pegiat Budaya Perintis Kampung ‘Lali Gagdet’
- Aspira Satu Indonesia
Cianjur – Achmad Irfandi telah berhasil meraih penghargaan SATU Indonesia Awards karena menjadi contoh yang baik dalam menjaga tradisi dan melindungi anak-anak dari dampak negatif gadget yang berlebihan.
Penghargaan SATU Indonesia Award tahun 2021 yang berhasil diterima oleh Achmad Irfandi menunjukkan penghormatan terhadap kinerja luar biasanya. Dia merupakan tokoh hebat saat ini yang membawa aspirasi untuk masa depan negara.
Achmad Irfandi Raih Penghagaan SATU Indonesia Awards telah merinits Kampung Lali Gadget (KLG) merupakan program yang digerakkan Achmad Irfandi, pemuda asli Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, sejak 1 April 2018. Irfandi menggerakkan program ini berdasarkan kekhawatirannya terhadap bahaya kecanduan gadget yang dialami anak-anak.
Achmad Irfandi telah berhasil meraih penghargaan SATU Indonesia Awards karena menjadi contoh yang baik dalam menjaga tradisi dan melindungi anak-anak dari dampak negatif gadget yang berlebihan.
Penghargaan SATU Indonesia Award tahun 2021 yang berhasil diterima oleh Achmad Irfandi menunjukkan penghormatan terhadap kinerja luar biasanya. Dia merupakan tokoh hebat saat ini yang membawa aspirasi untuk masa depan negara.
Program ini menyelenggarakan kegiatan yang mengajarkan pembelajaran tentang kebudayaan, pengetahuan lokal, aktivitas fisik, pengetahuan hewan, dan permainan tradisional.
Di samping mengurangi ketergantungan pada perangkat elektronik, program ini juga berperan dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai kebudayaan dan nilai-nilai lokal.
Irfandi berharap program ini dapat tumbuh dan menjadi desa wisata yang menarik bagi orang tua yang ingin membawa anak-anak mereka untuk berwisata dan mengikuti program pendidikan, serta mengobati kecanduan gadget pada anak-anak mereka.
Tim KLG berharap agar masalah ketergantungan pada perangkat elektronik dapat diperhatikan secara luas di seluruh negeri dan menjadi perhatian bersama sehingga semua individu berupaya mengurangi konsekuensi negatif yang diakibatkannya.
Ini adalah cerita yang dimulai ketika seorang sahabat datang berkunjung ke kampung Irfandi pada tahun 2018. Ia yang mengundang Irfandi untuk mengorganisir kegiatan literasi bagi anak-anak, contohnya melukis, mewarnai, bercerita, dan membaca karya tulis.
“Terus, teman saya pulang. Saya merasa kok seru, ya, bikin kegiatan sama anak-anak di desa. Akhirnya saya bikin lagi,” ujar pemilik nama lengkap Achmad Irfandi itu saat diwawancarai, Jumat (1/9/2023).
Seiring waktu, keresahan akan kecanduan gadget semakin memuncak. Dua bulan kemudian, Irfandi membuat gerakan untuk melawan penyakit ini melalui permainan tradisional.
Respon publik ternyata sangat positif, banyak individu yang tertarik, bahkan turut memberikan sumbangan.
Pada tanggal 3 Agustus 2018, Irfandi akhirnya memberi nama untuk inisiatifnya sebagai Kampung Lali Gadget, suatu lokasi rekreasi khusus bagi anak-anak.
Suatu komunitas kecil ini berada di area seluas 45 x 50 meter, meliputi satu RT di Dusun Bender, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur.
Di sana terdapat pelataran, taman yang asri, banyak pohon yang memberikan naungan, dan lahan pertanian. Di tempat itu, anak-anak kembali ke kehidupan mereka yang riang, yaitu bermain.
Semasa memulai perjalanan menuju kesuksesan, Irfandi dan kawan-kawan mengelola keuangan mereka sendiri untuk melaksanakan aksi ini, termasuk melalui usaha mereka dalam menciptakan benda kenang-kenangan.
Irfandi memilih permainan konvensional karena secara tidak langsung menunjukkan keberlanjutan warisan budaya Indonesia.
Berada dalam UU Pemajuan Kebudayaan, Kemendikbudristek RI menempatkan permainan rakyat dan olahraga tradisional menjadi salah satu dari 10 elemen budaya dalam Undang-undang Pemajuan Kebudayaan
“Semakin ke sini, saya semakin belajar. Oh, ternyata bermain itu sangat penting untuk tumbuh kembang anak,” ucap sang petani lulusan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya.
Di samping itu, bermain bersama kawan-kawan adalah sesuatu yang amat ditunggu-tunggu oleh anak-anak setiap kali pulang sekolah. Ketika semakin aktif dan berkomunikasi, mereka justru memperoleh pengetahuan yang lebih banyak.
“Dari situ kami sadar bahwa nilai-nilai pendidikan, ya, dibantu lewat situ,” tambahnya. (Hendra/Viva Cianjur).