Pembakaran Al-Quran Picu Kemarahan Negara-negara Arab, Pemerintah Denmark Terkesan Acuh Tak Acuh!
- Pixabay
Mereka merasa terpukul oleh aktivis ultranasionalis di Denmark yang dengan gegabahnya merusak dan membakar Al-Qur'an di depan mata dunia. Tanpa ampun, dua anggota kelompok ultranasionalis Denmark, Patriots, dengan kejam menginjak-injak dan membakar kitab suci yang suci itu.
Tentu saja, kekejaman semacam itu tak dapat dibiarkan begitu saja. Namun, Pemerintah Denmark tampak acuh tak acuh terhadap gelombang protes yang mendalam.
Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Lokke Rasmussen, hanya sekadar mengutuk tindakan tersebut, namun tanpa langkah tegas. Dia mengklaim bahwa dalam hukum negaranya, tindakan tersebut tidak dapat dianggap sebagai kejahatan, yang hanya membuat kebingungan dan ketegangan semakin meluas.
Kekejaman ini bahkan tak terbatas pada batas negara Denmark. Aksi provokatif lainnya terjadi di negara tetangga, Swedia, saat perayaan Iduladha 2023. Kemarahan mereda di berbagai penjuru dunia, terutama di Irak, ketika Salwan Momika dengan arogannya melancarkan aksi provokatif di depan Central Mosque di Stockholm. Tuntutan untuk mengusir duta besar Swedia pun mencuat tinggi.
Tindakan ini hanya digambarkan sebagai perhatian mencari dan kontroversi yang tak bermoral. Namun, bagi kaum Muslim di seluruh dunia, aksi tersebut adalah penghinaan besar terhadap simbol agama yang paling dihormati.
Dunia menahan napas dengan ketegangan yang semakin meningkat. Sementara para pemimpin Negara-Negara Arab terus bersatu dalam protes, kami semua menunggu dengan penuh kecemasan bagaimana peristiwa ini akan berkembang.
Di tengah kekhawatiran global, satu hal yang pasti adalah aksi pembakaran Al-Qur'an telah menyatukan Negara-Negara Arab dalam perjuangan bersama untuk menghentikan kebiadaban yang mengerikan ini.