Meski Digaji Lebih Dari Menteri, Kinerja Wasit Liga 1 Masih Buruk

Wasit Liga 1 Indonesia
Sumber :
  • tvOneNews

Cianjur – Kabar mengenai performa wasit sebagai seorang pengadil di lapangan masih terus berlanjut. Sorotan yang tertuju pada wasit tak lepas dari kinerjanya yang dinilai masih acak-acakan.

Persoalan soal wasit seperti tak ada habis-habisnya, hampir setiap musim selalu ada kabar mengenai keputusan buruk dari seorang wasit yang memimpin sebuah laga di Liga 1 Indonesia.

Terbaru, pada musim ini di BRI Liga 1 2023/2024 yang baru saja menjalani pekan kedua sudah banyak keputusan wasit yang diprotes oleh berbagai pemilik dan pelatih klub yang dinilai merugikan klubnya sendiri.

Beberapa contoh kasus wasit yang banyak diperdebatkan adalah saat pertandingan antara Persita Tangerang menghadapi PSIS Semarang. Wasit yang memimpin pertandingan ini adalah Rio Permana Putra, kesalahan fatal yang ia lakukan adalah memberikan Persita penalti meski pelanggaran terjadi di luar kotak penalti.

Kemudian pada pertandingan Persebaya Surabaya menghadapi Barito Putera, wasit yang memimpin adalah Thoriq Alkatiri yang diprotes karena tidak memberikan Persebaya penalti padahal pemain mereka Song Ui Young ditarik oleh Bagas Kaffa.

Selanjutnya, protes dilancarkan oleh Umuh Muchtar selaku Komisaris PT PBB kepada wasit Aidil Azmi ketika Arema FC mendapatkan penalti sedangkan Persib tidak, padahal dalam tayangan ulang terlihat jelas bahwa sepakan Ciro Alves mengenai tangan pemain Arema FC.

Kinerja buruk yang dilakukan oleh wasit-wasit tersebut seperti tidak masuk akal, sebab gaji wasit saat ini sudah sangat disejahterakan sampai dinaikan menjadi dua kali lipat. Bahkan Erick Thohir menyebut bahwa gaji para pengadil di lapangan ini melebihi pendapatan seorang menteri.

Upah wasit di Liga 1 meningkat dua kali lipat sejak PSSI masih dipimpin Mochamad Iriawan. Dari yang tadinya dibayar Rp5 juta/laga, menjadi Rp10 juta/laga. Sementara wasit kedua dan ketiga atau hakim garis Rp7.5 juta/laga. Sementara wasit cadangan dan wasit tambahan (kelima dan keenam, Additional Assistant Referee) adalah Rp5 juta/laga.

"Ada 18 (wasit) yang bekerja di Liga 1, mereka akan 17 kali tiup peluit (memimpin laga/musim). Kalau sekali tiup titik, lebih tinggi gajinya dari menteri," kata Erick.

"Menteri Rp19 juta, mereka (wasit) Rp20 juta. Alhamdulillah lebih tinggi, selevel menteri, harus bangga," lanjut Erick.

Seharusnya, dengan gaji yang sudah disejahterakan ini membuat para wasit sadar dan bekerja lebih keras lagi untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan fatal yang dapat merugikan suatu klub di BRI Liga 1 2023/2024.