Dijuluki Pulau Prostitusi, Watakano Surga Wisata Seks di Jepang

Ilustrasi seks
Sumber :
  • VIVA.co.id

Namun ketika krisis ekonomi Jepang melanda pada tahun 1992, perusahaan tidak mampu lagi membiayai liburan perusahaan yang mewah bagi para pekerja, dan para pembelanja kelas atas berhenti mengunjungi pulau ini.

Hampir tiga dekade kemudian tidak ada pekerja seks yang tinggal di Watakano. Bagi penduduk yang membangun bisnis yang berkembang dari perdagangan seks, bar karaoke yang kosong dan lorong-lorong yang sepi menjadi pengingat akan masa lalu yang semarak dan juga kemerosotan pulau ini.

"Anda akan bertanya-tanya mengapa pulau kecil di pedesaan Jepang ini memiliki hotel dan toko-toko yang begitu banyak," ujar Mizuho Takagi, seorang penulis nonfiksi berusia 45 tahun yang telah banyak meneliti Watakano, kepada VICE World News.

Kematian pulau ini sebagian disebabkan oleh perubahan hukum. Pada tahun 1998, Jepang melegalkan layanan pendamping dan, dalam kata-kata Takagi, "prostitusi yang beragam," meskipun sampai saat ini masih ilegal untuk menjual seks vaginal.

"Sekarang dengan satu panggilan telepon, seorang gadis akan datang. Tidak ada alasan untuk pergi jauh-jauh ke pulau," katanya.

"Tentu saja, pelanggan tidak bisa melakukan hubungan seks vaginal seperti yang mereka lakukan dengan gadis-gadis di Watakano, tetapi para pebisnis tidak perlu menghabiskan 100.000 yen ($950) untuk perjalanan, menginap, dan seks," kata Takagi.

Sementara para pegawai menemukan cara baru untuk menjalin ikatan tim dan hiburan, jumlah petugas pemadam kebakaran, polisi, dan pegawai negeri yang secara teratur mengunjungi pulau itu juga berkurang pada tahun 2015, setahun sebelum Prefektur Mie mengadakan KTT G7 pertamanya.